Pengikut

Jumat, 19 Juli 2019



MEMBENAHI ALGORITMA DAKWAH NAHDLIYIN

BEBERAPA hari lalu, penulis bercakap dengan Mbak Anita Wahid, putri ketiga Allah yarham KH Abdurrahman 'Gus Dur' Wahid.

"Mbak, masih ingat enggak satu pandangan Gus Dur -yang menurut Mbak- itu adalah prediksi almarhum tentang hari ini?"

"Ada. Beliau pernah bilang, sepuluh tahun lagi NU bakal ramai hinaan dan fitnahan. Tapi, di tahun-tahun itulah justru anak-anak muda NU bangkit."

Pesan Gus Dur itu diungkap pada bulan-bulan akhir sebelum berpulang. Jika ditarik dari 2009, sepuluh tahun dalam "terawangan" Gus Dur itu memang tentang sekarang, tahun 2019.

Mbak Anita mengyakan kedua terkaan itu. NU, oleh sebagian kelompok kecil namun cerewet, belakangan kerap dijadikan bulan-bulanan. Tapi, di sisi lain, kata Mbak Anita, lihat saja, sekarang kita punya Gus Muwafiq (KH Ahmad Muwafiq), Gus Baha (KH Baha'uddin Nursalim), Gus Miftah (KH Miftah Maulana Habiburrahman), Prof Nadir (KH Nadirsyah Hosen), Mas Ulil (KH Ulil Abshar Abdalla), dan beberapa sosok yang banyak digandrungi lainnya.

Mbak Anita, begitu pun penulis, semafhum. Nama-nama yang disebut tadi memang menjelma secuil jawaban NU atas tantangan dakwah hari ini. Ya, baru kemarin rasanya kalangan pesantren bising dengan sindiran ihwal metode dakwah yang ketinggalan zaman. Kini, tuntutan era digital tak terbukti sebagai ancaman senjakala dakwah kaum sarungan. Nama-nama tadi, adalah penyelamatnya. Atau minimal, telah merelakan diri menjadi jimatnya.

Perkaranya, mereka tak bisa sendirian. Apabila perbincangannya adalah perebutan pasar, maka sokongan jaringan mengambil peran lebih utama. Selain itu, karena medianya tak sebatas di dunia nyata, berkompromi dengan rumus algoritma ialah jalan pintasnya.

Keduanya, jelas; milik anak muda.

POTENSI DAI DAERAH

Lima nama yang dijadikan Mbak Anita sebagai tamsil, sebenarnya bukan sosok yang secara sim salabim muncul di mimbar nasional. Bukan pula orang-orang Jakarta, tidak punya KTP Ibu Kota, atau secara rutin muncul di televisi dan media.

Modalnya cuma satu, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap dunia digital, seiring tekad untuk mengisi ruang-ruang kosong di dunia maya.

Artinya, mestinya NU masih punya banyak celengan. Di daerah kelahiran penulis sendiri, Cirebon misalnya, ada banyak kiai muda yang sejatinya memiliki peluang setara. Nama-nama seperti KH Elt Fariz Fuad Hasyim, KH Farid Nasiruddin,  Ust H Ujang Bustomi, KH Ja'far Musaddad, KH Subhan Baihaqi, dan kakanda penulis sendiri, KH Ahmad Zuhri-Adnan merupakan orang-orang nyaris setiap malam memenuhi undangan ceramah; sulit dipergoki tengah bersantai di teras rumah.

Ada juga yang tak kalah belia. Malahan, penulis menyimpan perasaan takjub atas kiprah dan kemampuan retorik sekelas Gus Romzi Ahmad, Gus Rifqiel Asyiq, atau Ustaz Mamang Haerudin. Dibanding nama-nama senior yang sudah disebutkan lebih dulu, tiga orang ini punya arsiran genre yang berbeda.

Lantas, apa yang masih disoal? Ya, ternyata masih banyak celah tuntutan dakwah yang penulis nilai belum terpenuhi.

Pertama, masih lemahnya dukungan dari pihak ketiga. Apabila dai adalah pihak pertama, media internet sebagai pihak kedua, maka pihak ketiga adalah masyarakat umum yang berperan penting dalam menyokong upaya mereka. Memberikan dukungan persebaran konten dakwah NU, jauh lebih penting ketimbang bermimpi ambil peran serupa padahal belum tentu mengantongi kemampuan yang sama.

Kedua, sepinya semangat kolaborasi. Sebenarnya, ihwal satu ini tak jauh berbeda dengan poin pertama. Akan tetapi, ini tidak cuma terkait antarpihak, namun juga tentang bagaimana mengorkestrasi gerakan dakwah di ruang yang sama. Dai tidak hanya bergerak sendiri-sendiri. Kerja-kerja jaringan dakwah, sungguh tidak cukup hanya dibebankan kepada LDNU semata.

Ketiga, berkompromi dengan algoritma. Beberapa tahun lalu, mungkin, mengejar poin ini masih terbilang sunah. Sekarang, tidak. Dakwah di dunia maya sudah dipastikan jalan di tempat jika abai terhadap pemahaman seputar seluk beluk makhluk baru ini.

Penulis pernah bercakap dengan kiai muda yang lebih memilih menekuni rumus-rumus aneh ini dibanding bersyiar secara langsung, yakni Kiai Mubarok Hasanuddin. Katanya, struktur dasar algoritma itu semacam jembatan yang menghubungkan antara logika manusia dan sistem pemrograman komputer. Salah melangkah sedikit saja, bisa-bisa apa yang sudah diupayakan tercebur ke dalam kubangan kepercumaan.

Untungnya, algoritma yang -salah satunya- menuntut kata kunci, sekarang ini sudah berhasil diselesaikan situs-situs NU Online │ Situs Resmi Nahdlatul Ulama, ISLAMI.co, Alif.ID, dan beberapa website kepesantrenan dan Islam moderat lainnya. Tapi, untuk kebutuhan berikutnya, tetap saja ada banyak hal yang mesti dirumuskan secara serempak dan bersama-sama.

TIDAK CUMA NGEYUTUB

Berbicara konten dakwah, secara singkat akan berpikir tentang keberadaan platform-platform terminal video publik, salah satunya, Youtube. Memang tidak salah. Hanya saja, pertama, Youtube bukan satu-satunya. Kedua, lagi-lagi, ada rumus-rumus algoritma yang harus ditebak, bahkan dipahami.

Setidaknya, untuk menyulap konten menjadi sesuatu yang tidak gampang tenggelam dalam platform raksasa ini, si pengunggah harus memahami ceruk. Yang sudah ahli, menyebutnya dengan istilah niche content meaning. Konten dakwah, harus isikamah sejak dalam pikiran. Konten-konten itu harus diunggah dalam ruang kategori yang semestinya tidak berubah-ubah.

Praktiknya, terserah, sesuai bentukannya. Apakah dimasukkan dalam genre daily vlog, entertainment, atau edukasi. Yang pasti, bakal tidak pas jika konten dakwah dipaksa masuk dalam channel gaming.

Fungsinya, sesuai terkaan yang banyak diungkapkan pengkreasi konten, Youtube hanya akan menandai dengan memberi poin lebih kepada video-video yang mengandung nilai konsistenti tinggi. Itu saja.

Berikutnya, menyiasati CTR. Orang-orang di bidangnya menjabarkan singkatan ini click through rate. Tapi, penulis lebih sreg membacanya rasio klik tayangan. Tepatnya, sebuah rasio yang menunjukkan seberapa sering orang-orang melihat dan mengklik konten tersebut. Soal ini, biasanya disiasati dengan tampilan gambar keluku alias thumbnail yang menarik berupa cuplikan salah satu frame terkeren yang ada dalam konten tersebut.

Ada pula yang menyiasatinya dengan pemberian judul yang bersifat umpan klik atau clickbait. Tentang ini, meskipun terpaksa dianut, penulis berharap konten-konten NU tidak terjerembab dalam kata-kata kunci yang norak dan menipu.

Selanjutnya, menjaga bounce rate. Penulis agak sulit menemukan sistem ini dalam bahasa Indonesia. Jelasnya, ada kebiasaan pengunjung video yang telanjur cepat dibuat bosan oleh tayangan konten tersebut. Bagaimana cara menangkalnya? Tentu, dengan merumuskan susunan konten menjadi lebih menarik dan berkesinambungan agar tidak ditinggalkan di tengah jalan.

Terakhir, produktivitas yang terjadwal. Tak sedikit pengunggah konten yang mengajak pengunjung untuk berlangganan atau subscribe, tapi tidak memenuhi tahapan unggah yang teratur dan terjadwal. Bolehlah dicek, ketidak-teraturan unggah adalah faktor utama yang membuat konten tersebut ditinggalkan pelanggannya.

Dari kilasan Youtube, sebenarnya yang ingin penulis sampaikan adalah bahwa platform tersebut bukanlah satu-satunya media. Ada satu kawan baik penulis bercerita, apa yang meledak hari ini di Indonesia, adalah fenomena usang yang terjadi lima tahun lalu di Amerika Serikat.

Dan hari ini, di Paman Sam sedang digandrungi tren siniar atau karib disebut podcast. Sudah siapkah para dai NU dan pesantren menjadi pelopornya demi menyambut setengah dekade mendatang?

Ya, cukup berpikir lima tahun ke depan saja. Sebab, yang mampu menerawang dua kali lipatnya cuma wali setingkat Gus Dur atau beberapa kiai sepuh lainnya.

Salam sungkem,

Sobih Adnan

Selasa, 25 Juni 2019


*BETULKAH KITA TIDAK SOMBONG ???*

Seorang pria yang sedang bertamu di rumah seorang Boss nya tertegun heran,  ketika melihat Sang Boss sedang sibuk bekerja sendiri menyikat lantai rumahnya sampai bersih.

Pria itu bertanya:Apa yang sedang Anda lakukan Pak ?

Si Boss menjawab: Tadi saya kedatangan tamu yang meminta nasihat. Saya berikan banyak nasihat yg bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang saya merasa jadi orang hebat. Kesombongan saya mulai muncul. Oleh karena itu, saya lakukan  PEKERJAAN INI untuk membunuh perasaan SOMBONG itu.

SOMBONG adalah PENYAKIT HATI yang sering menghinggapi kita semua. Siapa saja dan apapun statusnya,  benih-benih kesombongan kerap muncul tanpa mereka sadari.

Ditingkat ke-1 :
SOMBONG disebabkan oleh FAKTOR MATERI, di mana kita merasa :
~ Lebih kaya,
~ Lebih berkuasa,
~ Lebih tinggi jabatan,
~ Lebih rupawan &
~ Lebih terhormat daripada orang lain.

Ditingkat ke-2 :
SOMBONG disebabkan oleh FAKTOR KECERDASAN, kita merasa :
~ Lebih rajin
~ Lebih pintar
~ Lebih kompeten
~ Lebih berpengalaman
~ Lebih berwawasan dibandingkan dengan orang lain.

Ditingkat ke-3:
SOMBONG disebabkan oleh FAKTOR KEBAIKAN, kita sering menganggap diri kita:
~ Lebih bermoral
~ Lebih pemurah
~ Lebih banyak amalnya
~ Lebih bersemangat berjuang dan beribadah
~ Lebih banyak kontribusinya untuk ummat.
~ Lebih besar dari orang lain berdasarkan apa yang sudah dicapai, seraya meremehkan orang lain dengan menganggapnya orang kecil.
~ Lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik...., Semakin Tinggi tingkat KESOMBONGAN kita, semakin sulit pula kita mendeteksinya.

SOMBONG karena MATERI mudah terlihat.
Namun, SOMBONG karena PENGETAHUAN, apalagi SOMBONG karena KEBAIKAN,SULIT DILIHAT. Karena, seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari kita melakukan INTROSPEKSI diri.

Kadang kita butuh orang lain utk mengintrospeksi diri, kita juga butuh kritikan dan masukan dari orang lain.
Mari kita sadari bahwa setiap hal yang baik, yang bisa kita lakukan itu semua adalah karena izin dan pertolongan Allah SWT saja, maka hendaklah kita banyak bersyukur kepada-Nya.
Semua itu adalah ANUGERAH-NYA.

KESOMBONGAN hanya akan membawa kita pada KEHINAAN DIRI dan KEJATUHAN yang mendalam. Tetaplah BERSABAR dan RENDAH HATI.

Karena bisa jadi orang yang kita hadapi kelihatannya biasa saja, tapi ternyata dia lebih hebat daripada kita.

semoga kita dijauhkan dari penyakit hati berupa kesombongan ini.

Selamat berkarya, tetap semangat serta rendah hati.

Selasa, 23 April 2019



PELANTIKAN DAN RAPAT KERJA 
PAC DAN RANTING IPNU-IPPNU SE KOTA PASURUAN
Masa Khidmat 2019-2021

Ahad, 21 April 2019




Assalamu'alaikum wr.wb

 Hai gaeess....

   Oke deh langsung ajah kali ini mimin akan mengkhabarkan berita hangat dari pasukan generasi milenial dari IPNU-IPPNU dikota pasuruan. Ahad 21 April 2019 pagi hari mulai pukul 07.00 WIB sampai siang hari pukul 13.30 WIB rekan-rekanita PAC dan Ranting IPNU-IPPNU di kota pasuruan pasalnya sudah dilantik gaess waaahhhh senengnyaaa....

    Selain itu dalam acara pelantikan telah dihadiri tamu undangan dari jajaran perwakilan Pemkot Pasuruan, dari jajaran PCNU kota pasuruan serta badan otonom NU lainnya dari PC Muslimat kota pasuruan, PC Fatayat kota pasuruan dan PC IPNU IPPNU Pasuruan Raya yang berkenan hadir dan memberikan ucapan selamat dan sukses atas terlantiknya pengurus PAC dan Ranting IPNU IPPNU se kota pasuruan. Ada parik an jawa  "Klambi batik werno e abang mari dilantik ayo ndang tandang, iwak betik bobote enteng mari dilantik yo ojo nyeleweng". tepuk tangan dulu deh... yeeeeee.....

     Tetapi gaeess nasehat kritik dan saran telah banyak diterima dan ditampung oleh pasukan generasi IPNU-IPPNU se kota pasuruan baik dari pengurus PC, PAC dan PR IPNU IPPNU di kota pasuruan. Salah satunya adalah tugas kaderisasi perlu ditingkatkan di kepengurusan pimpinan komisariat baik ada di sekolah  swasta maupun negeri. Tak lupa ditingkat Ranting serta PAC yang belum dikader serta mengembangkan minat bakat masing-masing anggota IPNU-IPPNU baik yang sudah dilantik maupun yang belum dilantik. Walhasil pesan para senior alumni IPNU-IPPNU juga para pembina teruslah semangat berorganisasi sesuai motto Belajar, berjuang dan bertaqwa.

   Sampai jumpa dikhabar berikutnya yaa gaess semoga estafet kepemimpinan mulai pusat sampai komisariat terus berkembang di ormas IPNU-IPPNU, karena NU terus menjaga keutuhan NKRI gaess... 

    Oleh karena itu kalo ada para jomblo dari IPNU mau nikahin kamu wahai para jomblowati IPPNU gak bakalan rugi deeh... kenapa coba ? NKRI aja dijaga keutuhannya apalagi kamu wahai para jomblowati IPPNU.... cie cie cie..... prikitiiiiiwwwweweweweweweewkwkwkwkwk...

Wallahul muwafiq ila aqwamith-tharieq
Wassalamu'alaikum wr.wb
#Salam 3B


























CBP-KPP Kota Pasuruan Gelar KALBER

  CBP IPNU- KPP IPPNU KOTA PASURUAN GELAR KALBER Di Aula PCNU Kota Pasuruan Pasuruan, Sabtu 15 April 2023. CBP- KPP Kota Pasuruan gelar KALB...